Di postingan sebelumnya:
#Log Tentang Gunung Kerinci tepatnya di jadwal acara, saya mengatakan setelah dari sana kami langsung menuju Bukit Tinggi. Ceritanya sekalian jalan-jalan di daerah Sumatra Barat ini.
Nah, di Bukit Tinggi kami menginap di
Hello Guest House.
Review-nya: hostel ini bersih, bersahabat, harganya sangat terjangkau dan sangat dekat dengan Jam Gadang. Jadi saya sangat merekomendasikan hostel ini ke pembaca-pembaca sekalian. Jika ingin
booking silakan klik link untuk informasi lebih lanjut.
Hari pertama kami sampai di sini, saat itu masih pagi dan belum boleh
check-in kami pun menitip barang-barang kotor dan berat di garasi hostel lalu jalan kaki ke
Jam Gadang. Hanya 15 menit dari penginapan. ;)
|
Jam Gadang |
Catatan: kita tidak bisa masuk ke dalam Jam Gadang kecuali punya izin dari pemerintah setempat. Urus di mana? Maaf, saya kurang tahu.
Setelah berkeliling di sekitar Jam Gadang, kami melanjutkan ke
Wisata Panorama dengan berjalan kaki juga. Kira-kira setengah jam dari Kawasan Jam Gadang.
Di Wisata Panorama, kita bisa melihat lembah dan tebing yang ada di Bukit Tinggi ini. Selain itu ada Lobang (saya lebih suka menyebutnya dengan 'Goa') Jepang untuk yang tertarik dengan sejarah. Untuk masuk ke Goa Jepang tidak dipungut biaya lagi kecuali kamu ingin ditemani pemandu yang bersedia menceritakan sejarah dari goa tersebut dengan harga Rp70.000,-
|
View dari Wisata Panorama |
|
Pintu masuk Lobang Jepang |
Dari Wisata Panorama, kami kembali jalan kaki ke "
Great Wall of Bukit Tinggi" (
aih saya agak lupa apa nama sebenarnya)
Jadi tempat wisata itu adalah, well, niat-awalnya-mungkin-mau-bikin-seperti-tembok-cina tetapi akhirnya jadi tangga bertembok yang yah-begitulah. Saya bisa salah mengenai niat awal pendirian tembok ini, hanya saja karena banyak sampah berserakan dan kelihatan kurang diurus, tempat wisata ini jadi tidak menarik di mata saya. Sampai-sampai saya lupa untuk mengambil gambar si tembok. (aduh banyak yang lupa)
|
Pemandangan menuju si tembok |
|
Pemandangan di ujung tembok |
Catatan: Tidak ada angkot di ujung tembok satunya. Pilihannya adalah kembali ke pintu masuk pertama melewati tembok lagi atau menyewa angkot dengan biaya Rp10.000,- per orang. Kebetulan saya memilih untuk pesan angkot karena sudah lelah berjalan kaki.
Penutupan. Kami makan late lunch di Itiak Lado Mudo. Jadi ketika pesan angkot untuk pulang, kami meminta supir untuk diturunkan di warung tersebut. Guess what? Saya kembali lupa untuk foto dan menandai semua titik di perjalan kali ini.
Setelah posting ini, saya akan mewawancarai suami saya, siapa tau dia sudah menandai lokasi-lokasi perjalanan kali ini di Petanya.
Berikut biaya-biaya:
Item
|
Total
|
Perorang
|
Keterangan
|
Hello Guest House
|
75.000
|
75.000
|
Harga per satu kasur di dormitori.
|
Masuk Wisata Panorama
|
5.000
|
5.000
|
per orang
|
Makan di Itiak Lado Mudo
|
51.000
|
51.000
|
Saya tidak ingat pasti total makannya
berapa, tapi setelah dibagi rata jadi segitu harganya
|
Nama
|
Koordinat
|
Itiak lado Mudo
|
0°18'27.2"S 100°21'35.1"E
|
Pical Sikai
|
0°18'26.5"S 100°21'52.3"E
|
Wiasata Panorama
|
0°18'44.6"S 100°21'48.0"E
|
P.S.
Postingan ini miskin informasi yah. Saya akan update ketika ingat/ mendapatkan info dari rekan-rekan seperjalanan mengenai trip di sini. (
cross finger)